Jurnal dan
perlakuan terhadap varians
A.
Jurnal
Bahan Langsung
Biaya bahan baku merupakan komponen
biaya yang terbesar dalam pembuatan produk jadi. Dalam perusahaan manufaktur,
bahan baku diolah menjadi produk jadi dengan mengeluarkan biaya konversi. Bahan
yang digunakan untuk produksi diklasifikasikan menjadi bahan baku (bahan
langsung) dan bahan pembantu (bahan tidak langsung). Bahan langsung yaitu bahan
yang digunakan untuk produksi yang dapat diidentifikasikan ke produk. Biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya utama (prime cost)
yang dibebankan kepada persediaan produk dalam proses.
B.
Jurnal
Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga
kerja yang secara langsung menangani proses pengolahan bahan baku menjadi
barang jadi/produk jadi dalam kegiatan produksi. Sehingga jasa yang diberikan
kepada tenaga kerja langsung dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung
(biaya produksi utama). Misalkan
seorang karyawan harus bekerja 40 jam per minggu. Upahnya Rp 600 per jam. Dari
40 jam kerja tersebut misalnya 10 jam merupakan waktu mengangggur, dan
digunakan untuk mengerjakan pesenan tertentu. Jurnal untuk sisanya mencatat
biaya tenaga kerja tersebut adalah :
Barang dalam proses -biaya tenaga kerja langsung Rp 18.000 (d)
Barang dalam proses -biaya tenaga kerja langsung Rp 18.000 (d)
Biaya
overhed pabrik sesungguhnya Rp
6.000 (d)
Gaji dan upah Rp 24.000 (k)
C.
Jurnal BOP
BOP adalah semua biaya produksi
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contoh: biaya
listrik & air, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung,
biaya sewa gedung pabrik, biaya depresiasi gedung pabrik, biaya reparasi dan
pemeliharaan, biaya asuransi pabrik dan lain-lain. Karakteristik BOP yaitu
jumlahnya tidak proporsional dengan volume produksi, sulit ditelusur dan
diidentifikasi langsung ke produk atau pesanan, dan jumlahnya tidak material.
Dasar
Pembebanan BOP meliputi:
¢ Unit produksi
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi atau anggaran BOP dengan estimasi jumlah unit yang diproduksi
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi atau anggaran BOP dengan estimasi jumlah unit yang diproduksi
¢ Biaya bahan baku
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah biaya bahan baku
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah biaya bahan baku
¢ Biaya tenaga kerja langsung
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah biaya tenaga kerja langsung
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah biaya tenaga kerja langsung
¢ Jam kerja langsung
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah jam kerja langsung
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah jam kerja langsung
¢ Jam mesin
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah jam mesin
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah jam mesin
JURNAL
1.
Bila jenis
BOP tidak diketahui maka jurnalnya
Tanggal
|
Keterangan
|
Debet
|
Kredit
|
|
Agustus
|
31
|
BOP Sesungguhnya
|
9.000.000
|
9.000.000
|
Macam-macam
rekening kredit
|
2.
Bila jenis BOP diketahui, misal :
Biaya bahan
penolong Rp. 1.500.000
Biaya penyusutan
gedung pabrik Rp. 4.000.000
Biaya penyusutan
mesin Rp.
3.500.000
Biaya asuransi
pabrik Rp. 2.000.000
Maka bentuk jurnalnya :
Tanggal
|
Keterangan
|
Debet
|
Kredit
|
31 Agustus
|
BOP Sesungguhnya
|
11.000.000
|
|
Biaya bahan penolong
|
|
1.500.000
|
|
Biaya penyusutan gedung pabrik
|
|
4.000.000
|
|
Biaya penyusutan mesin
|
|
3.500.000
|
|
Biaya asuransi grdung pabrik
|
|
2.000.000
|
3.
Pembebanan
BOP sesungguhnya kepada produk
Misal , BOP
dibebankan kepada produk dengan tarif 105% dari biaya tenaga kerja langsung,
dimana besarnya tenaga kerja langsung adalah Rp. 10.000.000, maka jurnalnya :
praktek
Tanggal
|
Keterangan
|
Debet
|
Kredit
|
31 Agustus
|
BDP
BOP
|
10.500.000
|
|
BOP yang dibebankan
|
|
10.500.000
|
BOP dibebankan = 105% X BTKL =
105% x Rp. 10.000.000 = Rp. 10.500.000
4.
Mencatat
selisih BOP
Kadang dalam antara BOP sesungguhnya terjadi dengan BOP yang dibebankan tidak sama, sebab pembebanan kepada produk biasanya berdasarkan tarif yang telah ditentukan dimuka (lihat contoh diatas, tarif ditentukan berdasarkan % dari Biaya Tenaga Kerja Langsung). Bila terjadi hal demikian maka harus dibuat jurnal untuk mencatat selisih BOP.
Kadang dalam antara BOP sesungguhnya terjadi dengan BOP yang dibebankan tidak sama, sebab pembebanan kepada produk biasanya berdasarkan tarif yang telah ditentukan dimuka (lihat contoh diatas, tarif ditentukan berdasarkan % dari Biaya Tenaga Kerja Langsung). Bila terjadi hal demikian maka harus dibuat jurnal untuk mencatat selisih BOP.
Dari contoh diatas maka terjadi
selisih laba sebesar Rp 500.000 karena harga BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP dibebankan maka jurnalnya :
Tanggal
|
Keterangan
|
Debet
|
Kredit
|
31 Agustus
|
Selisih BOP
|
500.000
|
|
BOP Sesungguhnya
|
|
500.000
|
5.
Menutup rekening selisih BOP
Selisih yang terjadi dan telah dicatat dalam jurnal maka pada akhir nya harus ditutup, penutupan dilakukan tergantung dari selisih yang terjadi , Jika selisih laba maka penutupan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan Harga Pokok Penjualan dan mengkredit selisih BOP. Jika selisih rugi maka penutupan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan selisih BOP dan mengkredit perkiraan Harga Pokok Penjualan
Dari contoh diatas dimisalkan nilai harga pokok penjualan sebesar Rp 20.000.000 maka untuk menutup selisih BOP pada point 4 jurnalnya adalah :
Selisih yang terjadi dan telah dicatat dalam jurnal maka pada akhir nya harus ditutup, penutupan dilakukan tergantung dari selisih yang terjadi , Jika selisih laba maka penutupan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan Harga Pokok Penjualan dan mengkredit selisih BOP. Jika selisih rugi maka penutupan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan selisih BOP dan mengkredit perkiraan Harga Pokok Penjualan
Dari contoh diatas dimisalkan nilai harga pokok penjualan sebesar Rp 20.000.000 maka untuk menutup selisih BOP pada point 4 jurnalnya adalah :
Tanggal
|
Keterangan
|
Debet
|
Kredit
|
31 Agustus
|
Harga pokok penjualan
|
500.000
|
|
Selisih BOP
|
|
500.000
|
Dari lima langkah pencatatan biaya produksi tak
langsung jika kita posting ke buku besat T akan tampak aliran biaya seperti
berikut ini :
BOP
Sesungguhnya BOP Dibebankan
11.000 500 10.500
Macam Rekening BDP BOP
11.000 10.500
Selisih BOP Harga
Pokok Penjualan
500 500
20.500
500
. D. Jurnal Persediaan Barang Jadi dan HPP
Berikut adalah jurnal-jurnal yang
anda perlukan untuk mencatat kejadian-kejadian sehubungan dengan persediaan
bahan baku.
1.
Persediaan
Barang Jadi Diterima –
Persediaan barang jadi bisa diterima dari dalam perusahaan itu sendiri (bagian
produksi) bila perusahaan manufaktur atau dari luar perusahaan
(pemasok/supplier/vendor) bila perusahaan dagang. Darimanapun datangnya, yang
jelas persediaan barang jadi diterima membuat nilai saldo persediaan barang
jadi meningkat. Untuk itu anda perlu memasukan jurnal sbb:
Jika barang jadi diterima dari dalam perusahaan (bagian produksi), maka jurnalnya:
Persediaan Barang Jadi xxx
Persediaan Barang dalam Proses (WIP) xxx
Persediaan Barang dalam Proses (WIP) xxx
Jika barang jadi diterima dari
pihak luar
(pemasok/supplier/vendor), maka jurnalnya adalah sbb
Persediaan
Barang Jadi xxx
Utang Dagang xxx
(Catatan: Bila persediaan dibeli secara tunai, maka sisi kreditnya adalah akun “Kas’)
Utang Dagang xxx
(Catatan: Bila persediaan dibeli secara tunai, maka sisi kreditnya adalah akun “Kas’)
2.
Persediaan
Barang Jadi Dikirim (Dikeluarkan)
Ada 2 kemungkinan mengapa
persediaan barang jadi dikirimkan atau dikeluarkan dari gudang perusahaan,
yaitu: (a) dikirimkan ke pembeli/pelanggan yang artinya dijual; atau (b)
dikirimkan ke gudang lain di luar perusahaan—tetapi masih milik perusahaan itu
sendiri. Apapun kemungkinannya, yang jelas nilai saldo persediaan barang jadi
pastinya menurun. Untuk itu, anda perlu memasukan jurnal untuk mencatat
kejadian tersebut.
Jika barang jadi terjual, maka
jurnalnya:
Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
(Untuk mengakui penjualan)
Penjualan xxx
(Untuk mengakui penjualan)
Catatan: Jika penjualan dalam negeri, maka anda perlu
mengakui utang PPN, sehingga jurnalnya menjadi:
Piutang Dagang xxx
Utang PPN xxx
Penjualan xxx
Penjualan xxx
Dan;
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan
Barang Jadi xxx
Jika persediaan(Untuk mengakui penurunan nilai
persediaan barang jadi)
barang jadi dikirimkan ke gudang lain
biasanya tidak dicatat. Tetapi
untuk tujuan pengendalian, saya menyarankan agar tetap dicatat, dengan jurnal:
Persediaan Barang – Gudang Tangerang xxx
Persediaan
Barang – Gudang Jakarta xxx
B.
Perlakuan
Terhadap Varians
Pada pelaksanaanya biasanya akan
muncul perbedaan-perbedaan, perbedaan itulah yang disebut dengan “Variance”
(untuk selanjutnya kita akan selalu sebut dengan “variance” saja). Variance
bisa terjadi pada bagian manapun, akan tetapi kaitannya dengan standard cost,
cost yang di-standard-kan hanya berada pada cost yang terkait langsung dengan
produksi saja, yaitu : Raw Material, Direct Labor dan Overhead.
Sehingga, variance bisa terjadi di antara ketiga jenis cost tersebut. Jenis
variance pun bisa berupa price variance, atau quantity
variance, atau hour variance.
¢ Contoh:
PT. Royal Bali Cemerlang, perusahaan manufactur di Tangerang yang khusus memproduksi “dasi(ties)” (mungkin dasi yang sedang anda pakai juga hasil produksi dari PT. Royal Bali Cemerlang?, kidding…..:-) ). Manajemen menginginkan agar perusahaan (bagian produksi khsusunya) disiplin dalam menjalankan budget yang telah ditentukan pada tanggal 01 January 2008, dan tidak melakukan pemborosan. Oleh sebab itu, perusahaan menentukan standard cost untuk product dasi (tie) yang dibuat sebagai berikut:
PT. Royal Bali Cemerlang, perusahaan manufactur di Tangerang yang khusus memproduksi “dasi(ties)” (mungkin dasi yang sedang anda pakai juga hasil produksi dari PT. Royal Bali Cemerlang?, kidding…..:-) ). Manajemen menginginkan agar perusahaan (bagian produksi khsusunya) disiplin dalam menjalankan budget yang telah ditentukan pada tanggal 01 January 2008, dan tidak melakukan pemborosan. Oleh sebab itu, perusahaan menentukan standard cost untuk product dasi (tie) yang dibuat sebagai berikut:
Standar Cost Tabel For “Tie”
Product – 2008
|
||
Raw Material Consumption/unit of Tie
|
0.15
|
Mtr
|
Time Required to Cut & Sew/nit of Tie
|
0.25
|
Hour
|
Raw Material Cost/meter
|
25.000
|
Rupiah
|
Direct Labor Cost/hour
|
5.495
|
Rupiah
|
Electricity usage/hour
|
1.500
|
Rupiah
|
Qty of Order
|
20000
|
Pcs
|
Total Expected Raw Material
|
3.000.00
|
Mtrs
|
Total Expected hour to cut & sew
|
5000
|
Hours
|
¢ Catatan : yang diatas sekaligus sebagai contoh tabel standard cost (untuk
diketahui)
¢ Standard Cost & Variance pada Raw Material
Pada tanggal 25 April, diterima kain sebanyak 1000 meters dari toko kain, pada faktur yang diterima beserta kain, diperoleh data sebagai berikut:
Kain, Qty = 1500 meters, Unit Price Rp 26,000/meter, Total Amount Rp 39,000,000
Jika dibandingkan dengan standard cost tabel di atas, maka dapat kita temukan perbedaannya, yaitu di unit price-nya, pada standard cost Rp 25,000/mtr, sedangkan kenyataannya (actual cost di faktur) Rp 26,000, sehingga ada “variance” pada harga kain sebesar Rp 1,000/meter, dan total variance = Rp 1,500,000
Maka dicatat dengan jurnal:
Raw Material 37,500,000
Raw Material Price Variance 1,500,000
Account Payable 39,000,000
Pada tanggal 25 April, diterima kain sebanyak 1000 meters dari toko kain, pada faktur yang diterima beserta kain, diperoleh data sebagai berikut:
Kain, Qty = 1500 meters, Unit Price Rp 26,000/meter, Total Amount Rp 39,000,000
Jika dibandingkan dengan standard cost tabel di atas, maka dapat kita temukan perbedaannya, yaitu di unit price-nya, pada standard cost Rp 25,000/mtr, sedangkan kenyataannya (actual cost di faktur) Rp 26,000, sehingga ada “variance” pada harga kain sebesar Rp 1,000/meter, dan total variance = Rp 1,500,000
Maka dicatat dengan jurnal:
Raw Material 37,500,000
Raw Material Price Variance 1,500,000
Account Payable 39,000,000